Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya, terbukti hampir sebagian besar hasil bumi Indonesia di eksport kemancanegara. Salah satu komoditas yang cukup besar dalam menyumbang devisa negara adalah di sektor perkebunan. Oleh karena itu peluang pasar disektor perkebunan masih terbuka lebar, mengingat permintaan pasar terus meningkat. Kopi merupakan komoditas perkebunan yang kian hari semakin popular, tidak hanya menjadi kebutuhan untuk para pencinta minuman kopi, minuman kopi juga dijadikan sebagai sarana pergaulan dan membangun citra diri seseorang. Oleh karena itu tidak heran banyak kedai kopi bermunculan di dalam negeri maupun di mancanegara. Di Indonesia sendiri terdapat berbagai spesialisasi kopi seperti kopi Toraja yang bersal dari toraja, Kopi Aceh yang berasal dari Aceh dan masih banyak lagi. Saat ini kopi Jawa Barat sudah membuktikan diri memilikii cita rasa mendunia dengan meraih kemenangan diberbagai kompetisi internasional. Salah satu daerah penghasil kopi di Jawa Barat adalah Kecamatan Pangalengan, dengan kondisi alam yg sangat mendukung untuk membudidayakan jenis kopi Arabika. Namun sebagian besar petani kopi di Pangalengan hanya bisa puas dengan menjual biji kopi kepada tengkulak. Oleh karena itu Balai Besar Pengembangan Latihan Masyarakat melaksanakan program pelatihan Kewirausahaan pada tanggal 22 s/d 28 Pebruari 2017 untuk menciptakan pengusaha kopi yg mampu memanfaatkan peluang Agribisnis Kopi dari hulu hingga ke hilir dalam rangka pengembangan One Village One Product (OVOP). Kegiatan Pelatihan diikuti sebanyak 30 orang yg berasal dari Desa Margamulya, Desa Pulosari dan Desa Margaluyu, Kecamatan Pangalengan. Tidak hanya petani kopi tetapi pengurus Bumdes juga terlibat didalam pelatihan. Narasumber dan pelatih yg terlibat langsungn oleh Dinas PMD kab. Bandung, Dinas UKM kab. Bandung, Dinas Pertanian Bandung, serta Pengusaha kopi Malabar yg tergabung dlm Asosiasi Kopi Luwak Indonesia. Materi pelatihan lebih banyak praktek yg dilakukan langsung di kebun kopi dan pabrik kopi, dengan demikian petani mampu untuk mengolah biji kopi yang pada akhirnya tidak lagi menjual pada tengkulak. Peserta pelatihan sangat antusias mengikuti kegiatan terlihat dr peran aktif tiap peserta terhadap materi yang diberikan.