Desa memiliki berbagai potensi lokal yang belum tergali maksimal, terutama sumber daya alam. Ironisnya, permasalahan kemiskinan masih dihadapi berbagai desa di Indonesia. Selain belum terkelolanya sumber daya alam dengan baik, terbatasnya sumber daya manusia yang mengelolanya pun menjadi salah satu permasalahan krusial. Disinilah, desa membutuhkan kehadiran local champion untuk menginisiasi masyarakat dalam mengelola sumber daya yang dimiliki, agar ekonomi lokal terus bergerak dan berjalannya proses pemberdayaan masyarakat. Local champion dapat berasal dari pemimpin, tokoh masyarakat, pemuda desa dan siapapun yang dapat menggerakkan dan memobilisasi, menginisiasi partisipasi masyarakat dengan memberikan energi positif. Local champion memiliki banyak peran, sebagai mediator ataupun fasilitator yang mampu menjaga hubungan antara pemimpin dan pengikut agar mendukung partisipasi masyarakat.   Menurut Ecoplan International (2005) dalam  Yuwono dan Putrianti (2022) local champion adalah seseorang yang memiliki inisiatif, kemampuan dan kapabilitas untuk mendorong proses perubahan dalam suatu masyarakat, instusi atau lembaga.


Para penggerak lokal akan semakin solid jika memiliki komunitas lokal agar dapat mengubah proses sosial dan kelembagaan di desa masing-masing. Menurut Davies (2011, hal. 61) dalam Aziza dan Prameswara (2023,hal 27) yang berpendapat bahwa di masyarakat pedesaan, kepemimpinan lokal adalah 'kunci untuk efektivitas organisasi dan kegiatan pembangunan endogen yang sukses', menunjukkan bahwa kepemimpinan lokal dapat bersifat transaksional atau transformasional. Kepemimpinan transaksional menggambarkan interaksi antara pemimpin dan pengikutnya untuk mencapai tujuan bersama.


Kehadiran local champion dapat menginisiasi perubahan di desa hingga menyejahterakan masyarakat desa. Contoh nyata di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, peran local champion yang menjadikan kepemimpinan lokal sebagai kunci seperti yang diinisiasi oleh Kepala Desa, Junaedi Mulyono.  Desa Ponggok yang awalnya termasuk desa miskin menjadi desa dengan pendapatan mencapai 13 milyar di tahun 2019.  Potensi air yang berlimpah menjadikannya peluang daya tarik wisata tersendiri. Keberadaan taman mata air bernama Umbul Ponggok yang sudah ada sejak zaman Belanda diinovasi menjadi semacam tempat snorkeling di dalam laut, berfoto di dasar kolam dengan pemandangan yang masih alami seperti di lautan asli, dilengkapi berbagai atribut foto menjadikannya keunikan tersendiri dan terus dikembangkan berbagai aktivitas air lainnya. Ditambah kehadiran kios-kios kecil yang dikelola penduduk asli untuk memfasilitasi pengunjung sekaligus menggerakkan ekonomi lokal.  Peran Kepala desa untuk menggerakkan partisipasi masyarakat melalui pengelolaan BUMDes. Seperti hadirnya BUMDes Mart yang menjadi agen berbagai kebutuhan pokok agar masyarakat banyak dilibatkan dan merasakan manfaatnya. Kehadiran BUMDes membuka lapangan kerja, diversifikasi pertanian, promosi makanan dan minuman lokal, dan pengelolaan sumber daya alam lainnya.  Pemimpin lokal juga sangat berperan dalam hal penggerakan komunitas lokal untuk ikut serta menginisiasi perubahan sosial maupun kelembagaan dapat disebut juga sebagai local champion. Terlebih pengembangan wisata perdesaan dan pembangunan ekonomi lokal memiliki visi bersama dalam menetapkan tujuan yang bekerjasama mengurangi kemiskinan.


Menurut Aziza dan Prameswara (2023,hal 27) di desa ini penduduk lokal dapat disebut local champion, karena terlibat dapat mengambil inisiatif untuk meningkatkan keaktifan komunitas. Hal ini menegaskan bahwa local champion tidak selalu berposisi sebagai pemimpin yang mampu memberikan pengaruh, dapat juga personal masyarakat yang mampu meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan berkelanjutan.  Contoh peran local champion fase perkembangan wisata Desa Ponggok mulai dari eksplorasi dan keterlibatan : mengidentifikasi potensi wisata (tahun 2007 – 2010), development : merenovasi Unggul Ponggok (tahun 2011 -2013), konsolidasi : membuat website dan akun media sosial untuk pemasaran (tahun 2014 – 2016), stagnasi – decline : menyediakan tempat sampah, inagurasi pokdarwis wanuwatirta, program pemberdayaan, komunitas desa dan wanita.


Di Desa Tuksongo, Wringinputih dan Giritengah yang mengembangkan Balkondes (Balai Ekonomi Desa) sebagai model pariwisata berbasis komunitas dalam mengembangkan pariwisata kawasan Borobudur. Menurut Yuwono dan Putrianti (2022), setiap desa menawarkan beragam jenis wisata seperti wisata olahraga, wisata pendidikan dan wisata alam, misalnya konvoi mobil volkswagen berkeliling sekitar wilayah cagar budaya Borobudur dan melihat pemandangan alam. Wisata tiap desa ini memiliki keunikan dan ciri khas yang tidak bisa ditemukan di desa lainnya. Ketiga desa ini telah menarik berbagai wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.


Kehadirannya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, mengurangi kemiskinan dan pengembangan pariwisata pedesaan dari pembangunan ekonomi lokal. Menurut Yuwono dan Putrianti (2022), kehadiran aktor-aktor lokal di setiap desa berperan dalam mengembangkan Balkondes yang berposisi sebagai supervisor. Perannya dalam memimpin, mengelola dan mempromosikan masing-masing Balkondes, disinilah peran local champion mempengaruhi perkembangan lembaga.


Menurut Xu, dkk., (2017) dalam Yuwono dan Putrianti (2022: Hal 8), menjelaskan bahwa local champion adalah mereka yang dapat memengaruhi kebijakan, pendapat, atau tindakan dalam suatu masyarakat karena peran dan posisi mereka dalam masyarakat. Dalam pengembangan wisata masyarakat, peran mereka membangun kolaborasi masyarakat, mengembangkan kemitraan dengan fasilitator, dan mempertahankan kontrol lokal untuk pengembangan pariwisata. Salah satu faktor pendorong yang memengaruhi kinerja pariwisata berbasis komunitas dan pengembangan masyarakat di destinasi wisata pedesaan. Peran local champion di Balkondes Tuksongo dengan terpilihnya Andi Ahmad sebagai pengelola, memposisikan sebagai contact person di dalam setiap kegiatan dan promosi yang dilakukan oleh Balkondes Tuksongo. Peran lainnya menetapkan anggota pengelola adalah masyarakat asli Tuksongo dan otonomi merekrut pegawai tanpa persetujuan pihak desa. Pengelolaan mandiri dengan melibatkan peran perwakilan dari Desa, semua kegiatan disetujui dan dilaporkan Bumdes, pengelolaan secara mandiri, hingga dana pemasukan yang diperoleh untuk menggaji dan mengembangkan desa dan sarana prasarana. Peran Andi dalam menjalin kerjasama dengan PT TWC ataupun Balkondes lainnya, mempromosikan secara digital melalui media sosial, dan mobilisator Kerjasama dengan karang taruna. Tokoh lain di Balkondes Wringinputih digerakkan oleh Najib selaku local champion beserta timnya. Dalam proses penentuan supervisor dilakukan melalui pengajuan secara pribadi dari masyarakat kemudian diajukan kepada pengurus desa dan diketahui oleh PT. CBT dan PT. TWC, berbagai aktivitas seperti membatik yang melibatkan seniman lokal, aktivitas memanah dipandu warga lokal,mengajak karang taruna sebagai tim pelaksana berbagai acara sebagai bentuk melibatkan masyarakat. Begitu juga dengan Balkondes Giritengah, posisi Rahman memiliki peran dalam memobilisasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan ekonomi desa. Anak-anak muda setempat dibuka akses oleh Rahman agar dapat berswafoto di lingkungan Balkondes Giritengah dan mempostingnya di media sosial. Masyarakat Desa Giritengah dilibatkan ikut serta memajukan ekonomi desa dengan melakukan promosi Balkondes melalui media sosial.


Di Kabupaten Pandeglang pun terdapat desa penghasil kerajinan bambu yaitu Desa Banyuresmi di Kecamatan Jiput. Menurut pokdarwispandeglang.or.id awalnya desa ini memiliki potensi wisata kampung bambu Cisaat yang dibentuk tahun 2018 atas inisiasi para pemuda melalui musyawarah dengan para tokoh masyarakat untuk membentuk wadah pariwisata “Surya Mandiri Sejahtera” yang diawali penggalian potensi-potensi desa. Selanjutnya tahun 2020 pertama dibuka dengan berbagai atraksi wisata kampung bambu, atraksi kesenian dodod, mengemping, menganyam bambu sebagai souvenir hingga atraksi edukasi ternak lebah trigona dan agro eduwisata yang akan dikembangkan. Di awal pembukaan cukup ramai, BUMDesma Mina Agro Wisata termasuk mengelola dan menjadikannya unit usaha. Ternyata kondisi pandemi covid berimbas pada penurunan pengunjung, biaya perawatan tak dapat ditutup oleh BUMDesma hingga sarana prasarana rusak parah. Desa wisata bambu yang digerakkan para pemuda Pokdarwis sebagai local champion yang diketuai Abdurosyid bekerjasama dengan BUMDesma yang saat itu diketuai Oji Fahroji tidak kehilangan akal, mereka terus berkarya melalui kriya anyaman bambu dengan nama Bambu Anda. Berbagai produk seperti tas, topi, nampan, tempat bumbu, keranjang hampers, tempat air minum hingga vas bunga. Terlebih dengan adanya Responsive Innovation Fund sebagai program kerjasama NSLIC NSLRED dengan Pemda Pandeglang dan Bappenas sebagai PIC. Fokus program ini pada gender, lingkungan dan ekonomi perdesaan dan good government memberikan pelatihan pada para pengrajin bekerjasama dengan studio dapur untuk berbagai desain kreasi anyaman. Selain itu, Universitas Tirtayasa  membantu dalam pemasaran digital, kemitraan dengan pengrajin di beberapa wilayah di Banten dan pasar untuk mengembangkan edukasi wisata bambu dengan berbagai sekolah.  Pesanan dari Bank Indonesia dan toko souvenir di Bali menjadi beberapa pencapaian pemesanan walaupun dengan keterbatasan jumlah pengrajin. Peran para pemuda penggerak kerajinan bambu sebagai local champion memberikan kesempatan tawarin bergabung di komunitas HIMKI Banten platform ekspor untuk handmade anyaman. Mereka masih berjuang mensosialisasikan dan mendorong bertambahnya minat masyarakat di Desa Banyuresmi dan sekitarnya untuk ikut serta menjadi penganyam bambu.


Peran Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Jakarta sebagai lembaga yang mengambil bagian untuk memberdayakan masyarakat desa melalui pelatihan. Sebelumnya setelah pelatihan selesai dilaksanakan tidak ada program berkelanjutan, sehingga program pemberdayaan seolah terputus. Seiring adanya hasil evaluasi pasca pelatihan, saat ini dilaksanakan pendampingan secara daring dan luring untuk memantau perkembangan dan memfasiliasi permasalahan yang dihadapi alumni. Tentunya berjalannya program pendampingan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, disinilah pentingnya menumbuhkan banyaknya local champion setelah pelatihan selesai yang akan menjadi penggerak di desa, berperan sebagai fasilitator, mediator dan mobilisator.


Referensi

Prameswari dan Melati, 2023, Peran Local Champion dalam Pengembangan Community Based Tourism di Desa Ponggok, Klaten, diakses https://journals.itb.ac.id/index.php/wpar


Yuwono dan Putrianti, 2022, Peran Local Champion dalam Pengembangan Pariwisata Berbasis Komunitas Di Balkondes Tuksongo, Wringinputih, dan Giritengah,Jurnal Destinasi Pariwisata,Vol.10

No.1, p-I SSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937

                                ,Mengenal Lebih Dekat Desa Wisata Banyuresmi diakses dari https://pokdarwispandeglang.or.id/mengenal-lebih-dekat-desa-wisata-banyuresmi/


Penulis : Dian Mentari Alam

Editor : Istianto, SPd. (PSM Ahli Madya BBPPM Jakarta)