Penulis : Rara Parameswari, SKM

Editor : Riska Yolanda, MKM


Pemberdayaan merupakan suatu langkah strategis untuk membantu, mendorong dan membangun kemandirian masyarakat. Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan bisa melalui apa saja, siapa saja bahkan dimana saja. Tujuan dari kegiatan pemberdayaan adalah agar masyarakat mampu dan berdaya untuk memajukan dirinya sendiri. Salah satu kegiatan pemberdayaan yang dapat dilakukan yaitu pengelolaan sampah rumah tangga.

Data pada Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2021, total timbunan sampah di tahun 2020 yaitu 34.154.912,49 ton/tahun, berkurang 13.23% dari tahun 2019. Namun, penanganan sampah masih perlu banyak perhatian, sebab dari total timbunan sampah tersebut, baru sekitar 55.55% sampah yang sudah terkelola, sisanya sebesar 44.45% belum terkelola. Selain itu, sumber sampah terbesar berasal dari sampah rumah tangga sebesar 40.94% dari total sampah. Berdasarkan data di Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2021 didapatkan bahwa sebanyak 70 % sampah yang ada merupakan sampah organik.

Sampah rumah tangga biasanya terdiri dari sampah organik yakni sisa makanan, sampah sayur mayur dan buah-buahan. Sampah tersebut dapat diolah kembali, sehingga menjadi suatu produk yang bernilai guna yaitu Eco Enzyme (disingkat EE). Eco enzyme adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air. Warnanya coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat.

Eco enzyme memiliki segudang manfaat bagi kita yaitu membantu siklus alam seperti memudahkan pertumbuhan tanaman (sebagai fertilizer), mengobati tanah dan juga membersihkan air yang tercemar. Selain itu bisa juga ditambahkan ke produk pembersih rumah tangga seperti shampo, pencuci piring, deterjen, dan lain-lain. Cairan ini juga penolak serangga alami. Eco Enzyme juga dapat digunakan untuk merangsang hormon tanaman untuk meningkatkan kualitas buah dan sayuran serta untuk meningkatkan hasil panen. 

Tujuan pembuatan eco enzyme adalah untuk mengurangi sampah rumah tangga dengan mengolahnya menjadi produk yang dapat dimanfaatkan kembali oleh warga. Tidak hanya bermanfaat mengurangi sampah, namun juga menghasilkan sesuatu yang berdaya guna. Sebagai dampak positifnya adalah lingkungan yang relatif sehat karena sampah akan berkurang dan juga ekonomis artinya mudah dan murah dalam proses pembuatannya.

Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kemampuan seorang penggerak masyarakat, maka Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (BBPPMD) Jakarta pada Selasa, 25 Oktober 2022 telah melaksanakan kegiatan pembuatan eco enzyme dari limbah buah nanas. Kegiatan ini dilaksanakan di Demonstration Plot (Demplot) BBPPMD Jakarta oleh Tim Penggerak Swadaya Masyarakat (PSM). Pada dasarnya pembuatan eco enzyme dapat dengan mudah dilakukan karena memang bahan yang digunakan dapat diperoleh dengan mudah.

Alat yang dibutuhkan yaitu gelas takar dan bak tampung serta bahan yang diperlukan yaitu sisa buah/sayuran, makanan yang belum melalui proses masak, molase/gula merah, air dan wadah penampung yang memiliki tutup. Perbandingan buah/sayuran/sisa makanan : molase/gula merah : air (3:1:10). Jika alat dan bahan sudah tersedia, dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut untuk pembuatan eco enzyme :

1.    Wadah penampung yang bersih dan siap digunakan.

2.    Masukkan air bersih maksimum sebanyak 60% dari volume wadah.

3.    Masukkan gula atau molase sesuai takaran, yaitu 10% dari berat air.

4.    Masukkan potongan sisa buah dan sayuran yaitu 30% dari berat air, lalu aduk rata.

5.    Pastikan bahan diaduk rata.

6.    Tutup rapat sampai panen selama 3 bulan.

7.    Beri label tanggal pembuatan dan tanggal panen.

Lama pembuatan eco enzyme bervariasi tergantung dari wilayah yakni 3 bulan di wilayah tropis, dan 6 bulan di sub-tropis Hasil akhirnya adalah cairan berwarna kecoklatan dengan aroma asam segar. Warna eco enzyme bervariasi mulai dari coklat muda hingga coklat tua, bergantung pada jenis sisa buah / sayuran dan jenis gula yang digunakan (Modul Pembuatan EE, 2020). Langkah selanjutnya yang dapat dilakukan yaitu memastikan bahwa eco enzyme yang telah dibuat disimpan pada tempat yang aman dan tertutup dengan rapat serta dilakukan pengecekan secara berkala setiap bulannya, hingga 3 (tiga) bulan lamanya yaitu pada tanggal 25 Januari 2022 dimana eco enzyme dapat dipanen.

Dari semua pemaparan diatas dapat dilihat betapa banyaknya manfaat dari eco enzyme, maka tidak ada salahnya kita mengolah sampah rumah tangga untuk menjadi suatu barang yang berdaya guna. Langkah ini merupakan langkah kecil yang dapat dilakukan untuk terus dan tetap berinovasi dalam mengurangi volume sampah. Diharapkan dari kegiatan pembuatan eco enzyme, dapat menambah ilmu, wawasan, informasi serta kemampuan masyarakat dalam mengolah sampah menjadi suatu produk yang bernilai, berdaya guna serta bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Juniartin, Juniartin dkk. 2022. Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga Melalui Pembuatan Eco-Enzyme Dari Limbah Organik Rumah Tangga Sebagai Upaya Meningkatkan Kesadaran Lingkungan. Archipelago. IAIN Ternate.

Modul Belajar Pembuatan Eco Enzyme Revisi 1.3. 10 November tahun 2020. Eco Enzyme Nusantara.

https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/public/data/sumber diakses pada tanggal 07 Oktober 2022